Tuesday, December 9, 2008

My Motorcycle diaries: Perjalanan Spiritual menuju Bandung Selatan

Sabtu itu, tanggal 5 oktober 2008, menjadi salah satu hari bersejarah untuk 4 orang sekawan: adinovic, Kang Mars (EL 04), abah Toir (m. syauqi MS 05), dan muhsin mubarok (GD 06). Waktu itu, masa-masa liburan ramadhan+idul fitri masih tersisa sekitar 1 minggu lagi. Kawan2 yang berasal dari luar kota bandung waktu itu juga masi belum menunjukkan tanda2 kedatangan ke bandung. Saya sendiri, terjebak dalam salah satu titik di cekungan bandung, autis, sendirian, karna kami sekeluarga (minus saya tentunya) pergi bersilaturahmi ke kampung halaman di luar negeri (negeri bandung.. :p). yah, ini bukan pengalaman pertama saya tinggal di rumah sendirian. Klo tidak salah, dulu saya juga pernah posting soal pengalaman saya ditinggal sebatang kara di rumah. Tapi kali ini, saya tidak mutlak sendiri, karna di halaman belakang rumah, saya ditemani 3 ekor ayam dan 1 ekor angsa, si Putih namanya. Si Putih malah lebih mengkhawatirkan, karna sudah setengah taun lamanya, dia dipisahkan dari pasangan jiwanya karna sang pasangan jiwa mesti melaksanakan tugasnya—menjadi santapan manusia. Bukan maksudku memisahkan kalian Putih, tapi orang tuaku lah yang menyebabkan tragedi ini terjadi. Hiks, smoga pasangan jiwamu tenang berada di alam sana. Aku yakin, dia tengah terbang dengan riang disana.. hoho.. lebay.. =.=’

Lanjot ceritana gan. Nah, untuk memanfaatkan sisa2 liburan, waktu itu saya dan kang haryadi berinisiatip untuk mengadakan perjalanan menuju negeri di awan—halah.. setelah melalui pembicaraan pannnjaang, dan wangsit dari para leluhur, kami menunjuk kaki gunung galunggung sebagai tempat peristirahatan sementara kami.. (tempat peristirahatan sementara?). Disana ada abah Furkon (kang furkon, ketua HATI periode 2006-2007) yang siap menanti kedatangan kami. Uhm, sebenarnya kali ini bukan perjalanan saya yang pertama ke tasikmalaya. Sekitar setaun yang lalu, saya dan beberapa rekan juga pergi kesana, dan catatan perjalanan itu saya tuangkan dalam sebuah tulisan panjang berjudul: “My motorcycle Diaries: catatan ke kaki gunung galunggung. Seri: Adinovic, apa adanya” terinspirasi dari perjalanan che guevara ke amerika latin. Hahaha, Cuma karna kekurangan dokumentasi, saya urung mempublikasikan tulisan itu. Ga rame juga nyeritain rekreasi tanpa nunjukin foto2na, katanya satu gambar bisa mewakili ribuan kata.. hoho..

Akhirnya saya umumkan rencana itu ke beberapa teman, kolega, dan para leluhur. Beberapa diantaranya ingin ikut, sayangnya masih banyak yang berada di luar kota. Dan dari hampir 20 orang yang saya ajak, tersisa 4 orang manusia sebatang kara (klo berempat ga sebatang dong, seikat mungkin). Dan entah suatu kebetulan atau bukan, 4 orang yang saya sebutkan (termasuk saya), dalam perjalanan dinas, 4 orang itu selalu bersama, entah waktu perjalanan ke Bogor, Jatinangor, juga waktu ke UPI. Sampe2 kita dapet sebutan : “Armada HATI”.. wekekeke, lebay. Tadinya kang Asep Bagja (EL 04) mau ikut, tapi ketika pagi itu (sabtu) kita akan berangkat, bliau nampaknya sedang mengerjakan tugas2nya. Beuh, orang sibuk.

Oiya, kang Asep ga bilang2 klo ga jadi ikut, ditelpon juga ga diangkat2. Saya terus nunggu konfirmasi dari bliau di titik pengumpulan massa(depan Ganesha Stationary), sampe manyun2 (liat poto 1 :D). Akhirnya disamperin ke kostannya, ternyata motornya tidak ada di tempat. Yasudah lah sekitar pukul 8.00 kita berempat berangkat, molor 1 jam dari waktu pemberangkatan semula. Untung bukan maskapai penerbangan.


gambar 1. bosan menunggu konfirmasi, sampe manyun..

Tidak banyak perlengkapan yang dibawa, selain helm, jaket, dan air minum. Dan belajar dari tahun lalu, kali ini kami tidak lupa membawa kamera, 2 malah. Hoho. Oiya, jangan lupa bawa uang seperlunya. Uhm, sama seperti tahun lalu, kami berangkat dengan menggunakan sepeda motor. Selain pertimbangan lalu lintas—macet—kami ingin merasakan suasana yang berbeda, aroma petualangan, liar, dan bisa menikmati pemandangan yang ada—sambil bernarsis ria tentunja.. Ada 2 motor yang disiapkan, motor Muhsin dan motor Syauqi. Sayangnya, motor si muhsin itu ada di Rancaekek, ya terpaksa mesti ada orang berhati mulia yang mau mencapai Rancaekek seorang diri.


gambar 2. mereka meninggalkanku seorang diri..=.='

Dan jreng2, akulah orangnya.. =.=’. Kang Mars dibonceng Syauqi menuju tempat transit di Rancaekek. Saya sendiri, melangkahkan kaki menuju stasiun bandung, mengejar kereta yang berangkat pukul 9 (klo g salah).


gambar 3. keramaian di stasiun bandung

Kebetulan, salah satu kamera ada ditangan saya, sebagai pelampiasan dendam, ya maaf, saya yang paling banyak menghabiskan memori kameranya dengan foto2 ga jelas, haha. Dengan kereta PATAS saya berdesak2an dengan penumpang lain menuju stasiun Rancaekek. Dalam perjalanan, kami berempat terus berkomunikasi. Dendam kesumat seolah terobati dengan pemandangan yang indah sepanjang perjalanan menuju stasiun, sayang saya tidak berani mengambil gambar karna khawatir dengan keselamatan si kamera. Klo ingin menikmati pemandangan sepanjang rel menuju rancaekek, siapkan sahaja uang 5000 untuk kereta PATAS, ato 1000 untuk kereta ekonomi. Saran saja, klo niat ngliat pemandangannya, ambil waktu sekitar sore hari, pemandangannya akan sangat indah, ngliat sunset gituh. Tapi biasanya memang sore hari, kereta terkenal sangat penuh oleh para pekerja yang pulang dari pekerjaan. Tapi kota Rancaekek sendiri sebenarnya gersang, kawan.. panas.. susah air (cenah), hehe.
Tak terasa saya sampai di stasiun rancaekek, dan ternyata teman2 lain sudah sampai disana lebih dulu. Dan mereka berfoto tanpa sepengetahuan dan bersama saya. Yasudah, saya foto2 sendiri ajah. Wek, sukurin.


gambar 4. The gang@stasiun rancaekek, aink mana? keur moto lah..

Setelah briefing singkat dan berdoa, pada pukul 9:40an kami berempat berangkat menuju “tanah yang dijanjikan”.


gambar 5. persimpangan awal dari perjalanan 100Km..

Sepanjang perjalanan, kami merasa seperti raja jalanan, memacu kuda besi kami hingga kecepatan hampir 100km/jam di jalan bebas hambatan. Di kanan kiri jalan terdapat pemandangan bukit2 yang sudah gundul (pantas saja air susa didapat disini), sesekali terlihat sawah2 yang mengering, ada juga kolam. Kami sempatkan mengisi bensin dulu hingga full-tank, supaya tidak perlu mengisi lagi nanti di jalan.


gambar 6. Mulai dari 0.12 ya mas.. <--liat di mesin SPBUnya ituh..

Perjalanan dari Rancaekek memakan waktu kira2 3jam, nonstop. Rasanya lammaaa sekali, tapi pemandangan sepanjang perjalanan mengobati rasa bosan kami. Sebenarnya tidak membosankan, saya bahkan tidak ingin menutup mata saya, melihat pemandangan sekitar yang jarang saya temui. Ato setidaknya hanya saya liat di dunia maya. Pengalaman2 seperti ini yang sebetulnya kami harapkan, kami bisa melihat masyarakat dengan hiruk pikuknya, sembari melihat keagungan Tuhan juga produk2 hasil karya akal manusia, yang satu sisi menimbulkan kebaikan, tapi tak urung, dengan akal itu mereka merusak ciptaan-Nya. Uhm, selama Muhsin berkonsentrasi mengendalikan GL-PRO nya, saya memotret pemandangan sekitar. Kameranya cukup bagus menangkap gambar pada kecepatan cukup tinggi (saya g bakal sebutin merek kameranya, klo saya sebutin Canon, kan ga lucu.. naon sih).


gambar 7. teuing dimana

Sebagai info, kami memilih jalur alternatif Cimanuk, pertimbangannya karna kata si muhsin pemandangan disana cukup bagus. Mari kita buktikan.



gambar 8. bebukitan non (bukan nun) rindang sepanjang Cimanuk

Wew.. pemandangannya tidak seperti yang diharapkan. Menurut pengakuan Muhsin, sektiar 2 tahun yang lalu, bukit-bukit disini masih banyak ditanami pepohonan. Sekarang hanya tersisa sebagian kecil saja, yang lainnya sudah berubah menjadi lahan pertanian. Gundul, panas, dan jangan2 rawan erosi. Parah kali pun. Kita sempat berhenti dulu, dan mengambil beberapa putu..


gambar 9. The Gank—dari kiri: Muhsin, Kang Mars, Adgan (Adinovic Ganteng), Syauqi. hayo tebak siapa yang moto?

Kami melanjutkan perjalanan, melalui Nagrek—eh lewat g yah, lupa—trus cibatu, disini pemandangan tebing-tebingnya ashoy! Cm g banyak moto, rada susah.
Beberapa yang saya dapatkan:


gambar 10. sekitar Cibatu


gambar 11. ni salah satu foto yang fenomenal, sayang ada tiang listriknyah

Tau tak? Sepanjang perjalanan, sebenarnya saya tidak bisa menutup mata bukan hanya karna pemandangan2nya indah, tapi rasa was-was yang selalu menghantui! Satu tahun yang lalu, saya ke Tasik, dibonceng oleh orang yang sama: Muhsin tea. Gila2an tu anak, salip sana salip sini, ngebut, sampe sedikit2 saya selalu ingatkan dia hati2, soalnya hampir beberapa kali kami hampir mengalami hal2 yang tidak diinginkan. Malahan, waktu di jalur Cimanuk, motor kami menyelip diantara 2 mobil yang berbeda arah, sampe2 lutut saya bergesekan dengan mobil di samping. Sementara itu, Syauqi lebih parah karna hampir bersenggolan dengan kuda delman. Ngeri sebenarnya, tapi malah ngbuat kita ketawa2. Pengalaman yang tidak kalah menantang tentunya ketika motor kami harus mendahului bus-bus yang lebarnya sampe menutupi satu jalan (jalurnya memang bisa dilalui 2 bus, tapi 2 arah). Kami saling bersaing, salah satu bus yang sering kami temui bernama Budiman. Namanya saja Budiman, tapi di jalan, ternyata Sialan! Supirnya itu loh, enggan kami lalui, tahvavapun. Belum lagi ketika kami terjebak di pantat bus, dari Anusnya itu kluar asap sejuta unsur! Makin berang saja kita. Untungnya, kami punya 2 pilot handal, dilibas lah bus-bus busuk ituh.


gambar 12. mengejar budiman


gambar 13. buat yang ingin tau Bus ‘Budiman’ teh yang kayak gimana <_<...
Akhirnya setelah 3 jam melelahkan, sekitar pukul 12.30, kami sampai di tempat tujuan, tanpa kekurangan sesuatu apapun dari tubuh kami. Hanya saja, saya masih trauma pasca menyusul bus2 tadi, bahkan ketika motor yang saya kendarai menyusul sebuah bus, sementara di arah lain ada bus menuju kami. Klo g salah, nama desanya desa Pagerageung—(terj: pagar gede) menurut penunggu tempat ini (warga setempat maksudnya), dulu disini adalah salah satu basis gerakan DI/TII.
Kami berkomunikasi dengan si Abah Furkon yang rencananya akan menjemput kami. Setelah 15menitan, sosok itu datang, dan menggirin kami menuju tempat pengasingan (tempat itu memang asing buat kami :p). lagi2, sepanjang perjalanan menuju rumah si Abah, kami disuguhi pemandangan alam yang super (dibacana ala pak Mario Teguh.. hehe).


gambar 14. hamparan sawah menggiring kami menuju tempat pengasingan

Setiba di rumah, kami disambut dengan hangat oleh kedua orang tua kang Furkon, ramah sekali, rumahnya juga sejuk, ada pepohonan, dan di halaman depan ada sebuah kolam ikan yang airnya tenang dan terus mengalir. Sambil menghilangkan lelah, kami bercakap-cakap dengan pemilik rumah. Selepas sholat dzuhur, kami dipersilahkan makan siang, menunya ruar biasa, sambal dadak, ikan asin, daging ayam, sayur sop. Setelah kelaparan di jalan, makanan tadi serasa oasis bagi musafir, saya malah ngebayangin seperti Tom Hanks di cast away nemu koneksi internet di pulau terpencil. Haha. Eh eh, rencananya di Tasik ini, kami akan melakukan 3 wisata: wisata rohani (berkunjung ke ulama setempat), wisata alam (ke lokawisata setempat), dan wisata kuliner (nyicip2 makanan khas Tasik). Dari 3 rencana ini hanya wisata alam sahaja yang kami lakukan. Payahnya, Si Abah bahkan tidak tau makanan khas Tasik apa. waktu saya bilang mau Kupat Tahu Tasik, malah diketawain, di bandung juga ada.. huu, lemah kalian!

Kami beristirahat kurang lebih sampai Ashar, saya sendiri terlelap di kursi di balkon rumah, rasanya sejuk, tenaang, jauh dari rintihan mesin Catalyst, raungan kipas CPU, dan keluhan klien di kantor (eaaa..). selepas Ashar, si Abah menawarkan wisata alam ke lokawisata terkenal disana: Situ Panjalu. Uhm, mungkin nama situ panjalu lebih terkenal karna faktor mistisnya. Pemandangannya sendiri sebenarnya tidak jauh beda dengan danau2 lainnya, bahkan lebih mirip kolam ikan besar. Yang unik, di tengah danau ini ada sebuah pulau yang rimbun, konon disana ada makam Leluhur. Pada bulan2 tertentu, tempat ini ramai dikunjungi peziarah, yang mengharap berkah, bahkan mencari pusaka, seperti keris. Dari rumah menuju situ Panjalu memakan waktu sekitar setengah jam. Kali ini ada tambahan satu motor dan satu orang kru, Subhan namanya. Dia adiknya Abah Furkon, masih duduk di kelas 3 SMP, tapi tingginya seperti anak SMA, mirip banget kakanya (secara gituh).
Setibanya disana, memang benar, ada sebuah pulau di tengah danau. Rimbun, dan banyak kelelawar bergelantungan disana, menambah kesan mistis tempat itu. Di pintu menuju makam ada sebuah gerbang yang dijaga 2 patung ular besar seperti siap menerkam orang2 yang masuk menuju makam. Anginnya sepoy2. Dan seperti biasa, kami selalu mencari jalan un-official supaya tidak dipalak petugas. Bosan berada di tepi Situ, kami menyewa sebuah perahu dayung dengan ongkos sekitar 5000 per-orang. Kami mengelilingi Pulau selama hampir 1 jam. Lumayan melengkapi petualangan di sore itu. Di sore hari, kelelawar2nya mulai beterbangan, mencari makan kyknya. Dinaungi Sunset, kami habiskan waktu kami dengan berputu-putu ria.. (ini bagian terbaiknya :D)


gambar 15. The Gank (+Subhan - Kang Mars), background: Pulau di tengah Situ Panjalu


gambar 16. Di tepi Situ Panjalu, Aku Duduk dan Merenung.. wakaka, kyk judul novel pak Coelho
Malam hari kami kembali ke rumah, tak dinyana, kejutan besar menanti. Di ruang makan, makanan yang lebih lezat sudah dihidangkan. Pandangan saya tertuju ke salah satu makanan ternikmat di dunia : ikan nila goreng.. Entah perasaan saya sahaja atau sudah bawaan dari lahir, nafsu makan saya di kampung itu besar bgt, g mau berhenti mengunyah, nikmat kali. Di malam hari, kami merencanakan petualangan esok hari. Pilihannya 2: menikmati pemandangan pantai Cipatujah yang bersih, atau ke Kaldera yang telah membeku—sebutan Kang Mars—Galunggung tea. Setelah berbagai pertimbangan, kami pilih galunggung, karna Cipatujah rupanya terlalu jauh, sedangkan esok harinya pun kita akan kembali pulang ke Bandung.
Pagi-pagi, selepas sarapan, kami ber-enam, meluncur menuju kawah gunung galunggung, letaknya sekitar 2 jam perjalanan dengan sepeda motor. Ini berarti perjalanan kedua saya ke galunggung. Yup, setelah 1,5 jam jalan raya, kami sampai di jalanan berbatu, nampak kurang—ato bisa dibilang tidak—terurus. Debu2nya beterbangan, membuat mata perih, belum lagi gersang. Padahal gunung galunggung adalah salah satu objek wisata yang sangat menarik, klo lebih ditata dengan baik bukan hal yang mustahil bisa menambah pendapatan daerah lebih tinggi. Ada yang menarik dari kasus ini, klo kita bandingkan objek wisata di daerah jawa bagian utara dan bagian selatan, sepertinya daerah utara lebih terurus. Di daerah utara, peran swasta sangat besar, liat Dunia Fantasi, Taman Ria senayan Anyer, pemandangannya sebenarnya biasa saja –kalah dibanding daerah selatan—tapi karna dikelola dengan baik dari infrastrukturnya (hotel2, fasilitas, akses jalan), daerah utara lebih banyak dikunjungi. Dari sini ada pertanyaan menarik, seandainya peran swasta lebih besar dalam mengurusi aset-aset negara, jadi lebih baik ga yah…uhmm. Untungnya, di beberapa titik, kami menemui oasis, berupa hamparan sawah hijau, sugoiiii…. Seperti biasa, putu2 dl kk.. :D


gambar 17. Me and da Pilot (dari kanan ke kiri)

Waktu itu masih menunjukkan pukul 9, kami sampai di pos jaga Galunggung. Rencananya, kami ingin melihat Sunrise di galunggung, tapi sifat ke-kebo-an kami besar, jadinya ga sempet. Cuacanya lumayan bersahabat, udaranya dingin, sekali2, rintik2 air turun. Tantangan menuju kawah gunung ternyata tidak berhenti disini, di awal perjalanan, kami dihadapkan dengan tanjakan dengan kemiringan mungkin lebih dari 45 derajat sejauh 200 meter-an. Jalanan berliku menghadang perjalanan kami. Di tempat nun jauh disana, puncak galunggung sudah terlihat, menyambut kami. Dingin.. eh, di galunggung sendiri bukan hanya ada kawahnya yang terkenal, ada juga pemandian air panas di kaki gunung, yang menunjukkan gunung galunggung sendiri masih aktif. Sayang ketika kami kesana, pengunjungnya terlalu ramai, males juga tertulari penyakit kulit dari orang2 yang berendam disana, hehehe. Biaya masuknya objek wisata Galunggung (kawah/pemandian air panas), sekitar Rp 7500 per-orang, klo ga salah. Biasanya ada calo juga yang nawarin karcis, harganya temtu jadi lebih mahal, mendingan langsung sahaja beli di posnya. Okeh, terlalu banyak komentar, selanjutnya gambar yang akan berbicara :D (mohon mangap buat buwat kalangan low-class bandwith :p)


gambar 18. depan pos jaga


gambar 19. puncaknya boi


gambar 20. bingung balik..


gambar 21. meniti 660 anak tangga (cenah).. Aink paling jauh tuh.. <_<


gambar 22. kawah Galunggung.. subhanallah


gambar 23. dari belakang wa tetep kliat ganteng kan? kaleum..


gambar 24. Ketua Geng motor..


gambar 25. Kang Mars, kasian dari tadi blom ada putu ekslusifna :p


gambar 26. Aabah The Avatar –with his flying stick


gambar 27. Abah Toir: “teu kuat aink hayang boker, WCna dimana nya? Nu biru itu wc lain?”


gambar 28. Adinovic: Waduh kang, WCna jauh pisan..


gambar 29. Kang Mars: Wow, bener, jauh pisan WCna qi!


gambar 30. Adinovic:”okey, kita ukur seberapa jauhnya dengan aplikasi gerak peluru. swiiing”


gambar 31. Muhsin&Syauqi:"Wah bener uy, jauh kitu.."


gambar 32. Syauqi: "Hah heh hoh, gila jauh pisan WCna, tapi dah lega sekarang..

Fiuuh, petualangan kami di kawah gunung galunggung pun berakhir sampai sini. Kita telah melalui jalanan berbatu, melalui jalan dengan kemiringan 45 derajat dengan sepeda motor, meniti undakan 660 anak tangga, dan melalui jalan gunung akhirat—ditunjukkan di gambar 30&31, dinamakan seperti itu karna ketika mendaki, 3 langkah kita di jalan ini = 1 langkah kita di jalan datar/biasa, karna tiap kali naik, tanah yang kita injak merembes ke bawah, sejauh 2/3 langkah—ngitungna gimana, hayo?! Ya seperti gambaran gunung di neraka CMIIW. Sekitar pukul 12, kami kembali ke rumah si Abah, seperti sebelumnya, di ruang makan sudah tersaji masakan-masakan khas kampung, dengan rasa yang mangstap. Selepas mandi, sholat, dan tidur hingga ashar, kami berpamitan kepada pemilik rumah. Pemilik rumah meminta kami untuk menginap semalam lagi saja, tapi kami merasa kurang enak juga, lebih lama membebani yang punya rumah. Sayang, kami lupa membawa oleh-oleh dari bandung, berasa kurang gimanaa gituh ya. Tapi, pemilik rumah saangat2 ramah, tidak nampak kecewa di wajah mereka, dengan ikhlas hati mereka melepas kepergian kami. Klo g inget kuliah, tugas-tugas, dan kewajiban mengurus umat :D di bandung, inginnya kami terus berada di sini. Dengan berat hati, kami tinggalkan kenangan-kenangan indah di kota ini bersama debu-debu vulkanik Galunggung.. mulai lebaaiii… kami pulang ke bandung lewat jalur Wado—karna menurut petugas, jalur nagrek macet total. Lewat jalur ini, kami akan sampai di bandung lewat jalur Sumedang—Cadas Pangeran, disana bisa ditemui oleh2 khas Sumedang, seperti Ubi Cilembu. Hanya, hati2 saja klo lewat jalur ini malam2, jalurnya berliku-liku, banyak tikungan tajam, dan si tepi jalan ada jurang menganga, parahnya lagi, penerangan gelap total!! Perjalanan dinodai oleh tragedi Sakit Perut yang diderita Syauqi. Alasan dia karna belum minum madu. Padahal saya yakin itu gara2 waktu hari sabtu kita berangkat, dia sarapan dengan Burger dan coca-cola, poss!!! Dan diketahui bahwa pasca perjalanan ke Tasik itu, Syauqi terkapar di rumahnya gara2 sakit perut. Ckckckck..

Setelah 3 jam perjalanan, kami kembali ke tanah tercinta, Bandung, dengan segala hiruk pikuknya, polusinya, orang2nya. Kata orang, Home sweet Home, tak peduli sejauh apapun kita pergi, ke tempat indah manapun, di rumah bersama keluarga adalah yang terbaik. Rasa lelah jelas terpancar dari wajah kami. Peluh keringat, bau 13 rupa dari sekujur badan, seakan kalah intensitasnya dibanding kelelahan kami. Tapi taukah kau kawan, sepertinya Tuhan menciptakan Lelah supaya kita tau betapa nikmatnya Rileks, bahwa saat pegal itu ga enak, dan ga pegal itu enak..halah, ngomong naon sih maneh..=.=. akhirnya “Armada HATI” berpisah di sekitar daerah By-Pass, Soekarno Hatta, kita sempat kehilangan kontak, ketika berada di jalur Sumedang. Sekitar pukul 8 malam, saya tiba di rumah. Disambut senyum orang tua saya, yang dengan was-was menanti anak tercintanya ini… selepas mandi, saya tepaar…. Terbangun karna inget tugas2 yang blm dikerjakan,, sial =.=’ [Bandung, 6 Oktober 2008.. Revised: 8 Desember 2008]

NB: wlopun kejadianna dah lama, moga2 ga basbang, moga2 bisa ngasi inspirasi bwt temen2, mohon maaf klo tulisan ini terlalu panjang, banyak gambarna, banyak huruf, banyak becanda ga penting. Silakeun komenna kk.. :D