Monday, July 13, 2009

SPMB, Seleksi Presiden Mbikin Bingung..

“..setiap pilihan mengandung konsekuensi, dan suatu saat tiap pilihan akan dimintai pertanggung jawabannya..”

Wooi woi woi, sapa yang matiin AC??!!! Gerah betul hari ini. selain karna emang blum mandi, ternyata dah seminggu hidup di negeri orang masi belum bisa juga beradaptasi ma atmosfer lokal. Keknya lebih enak menggigil kedinginan daripada bersimbah keringat karna cuaca seharian tidak henti2nya panas menggila. Selain gerah, kondisi yang masih menjadi gangguan saat ini adalah tidak adanya sarana hiburan. Perlu saya kasi tau kawan, tempat kosan sementara saya sekarang yang di serpong ini letaknya cukup cukup jauh dari peradaban, jangankan bioskop, nyari tempat makan pun mayan susah, mesti jalan satu kilometer-an dulu. Kebayang kan, energi yang didapet dari makanan dah ilang lagi di jalan. Fufufufu.. Hiburan disini adalah internet (itupun cuma ada di tempat kerja(kerja?wiw)), danau di kompleks perum puspiptek, dan … orang2 sekitar yang ramah. Iy, di tempat tinggal saya ini, di Muncul, kebanyakan penduduknya adalah orang2 betawi, di perumahannya sendiri dipenuhi orang2 jawa dan sunda. Yang paling saya sukai adalah orang2 betawiny, terutama supir2 angkotnya. Rata2 muka mereka garang2, cukup mencerminkan orang2 yang hidup di ibukota yang keras (bahkan lebih kejam daripada ibu tiri..lebay..) tapi bisa diakui, mereka jauh2 lebih jujur dan baik ketimbang orang2 di kota saya sendiri. Disini mah mau orang baru atau orang lama klo naik angkot, si abang sopir pasti bakal minta ongkos yang semestinya. Klo 5rb, ya 5rb, ga ditambahin. Beda halnya sopir2 di bandung, apalagi ke turis2, ongkosnya pasti di-mark up, apalagi angkot kalapa, heuuuh..

Nah, demi mengompensasi penat, biasanya yman ma tmen2 (bole kan yman di kantor, klo kerjaan dah kelar mah, boleh ga?boleh lah y). karna waktu2 kmaren momennya mendekati pemilu, di status id temen2 saya hampir semuanya tentang pemilu. “nomer 2 makin meragukan, tapi nomer 3 masih ragu2”,, nomer 1ny gimana?bisa jadi temen saya ini milih nomer 1 (yang ga makin meragukan, dan ga bikin ragu2), atau, nomer 1 memang tidak pernah jadi pilihan, hahaha.

Ada yang bilang masih bingung menentukan pilihan. Ada juga “partai pojok kanan atas dah milih nomer 3..” “pilih presiden indomie”, “nomer 2 rasis, masa bangsa indonesia cuma ada 2: bugis dan non bugis!”. Macem2 lah. Pembicaraan di ym pun g jauh2 dari pemilu (jarang2 temen2 saya ngemengn yang gini). Hampir di waktu bersamaan, sebuah sms datang dari temen saya “berdasrkan pertemuan ulama2, cendekiawan muslim, maka M*I kota bandung dan ormas2 islam telah memutuskan, mrekomendasikan anggota2, dan umat muslim untuk memilih calon presiden nomer *, semoga pilihan kita memberikan keberkahan..” wew, entah sumber tersebut benar atau tidak, tapi dari fenomena2 di atas, stidaknya cukup menggambarkan bagaimana masyarakat saat ini memang membutuhkan perubahan, dalam kehidupan mereka.

Tiba2 seorang teman saya memulai pembicaraan

Temen : “oi di, kamu g bakal milih lagi ya? Lemah kamu, apriori, arogan, ga peduli nasib bangsa. Lemah lemah!wkwkwkwk”

Adi : “milih kok, memilih untuk tidak memilih :D”..

Temen : “Ah sama aja, ga pengen berubah emang?pilihan kamu nentuin gimana kehidupan kamu setidaknya 5 taun kedepan, bukan cuma itu, nasib bangsa di, nasib bangsa, kamu mikir sampe sana ga sih?” ..

saya bales lagi

Adi : “bukan gitu men, hanya belajar dari pengalaman, dan pengamatan. Coba, kita dah ngadain pemilu berapa kali sejak merdeka?udah ganti presiden, anggota legislatif, berapa kali? Tidak kurang sudah lebih dari 7 kali kita pemilu, dan sudah 6 kali kita ganti presiden. Apa yang berubah dalam tatanan masyarakat kita? Ga signifikan kk. Dari dulu sama aja, pembangunan masih timpang, yang kaya makin kaya, yang miskin tetap sahaja dalam kemiskinannya. Yang ada bahkan sekarang utang kita jauh lebih besar dari orde baru. Kbayang ga, setiap bayi yang lahir di indonesia, setiap kepala yang menjejakkan kaki di bumi tercinta ini, menanggung utang 6 juta rupiah. Utang yang belum tentu mereka nikmati.

Temen : ”nah makanya itu, sekarang adalah momen perubahan, kamu ga mau kan klo hal tersebut terjadi kembali. Kita butuh perubahan. kalo kamu ga berperan serta, Cuma ngemeng doang, ga milih, sama aja kamu ga pengen negeri ini berubah, lebih baik..”

Adi : “setuju bro, kita butuh perubahan. tapi keinginan kita untuk berubah, jangan sampe bikin kita ga melihat terhadap konsep perubahan seperti apa yang ditawarkan orang2 yang katanya menjanjikan “perubahan” bagi negri ini.

Temen : “yang kamu maksud perubahan itu kyk gimana sih?”

Adi : “sederhananya, perubahan itu adalah perbedaan kondisi antara satu parameter ke parameter lain, dalam praktisnya, parameternya bisa waktu, tempat, kesejahteraan, dll. Nah, menurut saya, perubahan sendiri ada 2, perubahan parsial, dan perubahan hakiki. Dalam perubahan parsial, kondisi masyarkat bisa jadi berubah, taraf hidup meningkat, kesejahteraan walaupun tidak pesat, tapi dikatakan meningkat. Akan tetapi dalam perubahan parsial, yang diatasi adalah masalah2 cabang, bukan akar permasalahnnya. Misal, rakyat kita miskin, kenapa kita miskin? Karna tidak ada lapangan pekerjaan, maka perluasan lapangan kerja mesti digalakan, jiwa2 entrepeneurship dari siswa2 dan masyarkat mesti terus dibudidayakan, dimasukkan dalam kurikulum, pelatihan2, dan program2 pemerintah pusat dan daerah, bahkan kalangan swasta juga ikut berperan serta. Beres? Mungkin beres, jumlah pengangguran kita saat ini berkurang, walaupun masih masi kisaran 20juta orang. Tapi bagaimana dengan taraf hidup? Dengan subsidi komoditas primer yang semakin dicabut, biaya pendidikan semakin tinggi (dengan UU bhp) karna peran pemerintah semakin sedikit, tidak kurang itu berkontribusi pada biaya pemenuhan kebutuhan semakin meningkat. Dengan pemasukan terbatas, tapi pengeluaran makin besar, bukankah semakin mempersulit kehidupan masyarkat? Di lain pihak, masalah utang juga masih mengganjal. Beberapa calon (bahkan calon kuat) masih mengandalkan hutang sebagai penerimaan utama kas negara. Walaupun katanya tidak memuat ikatan politis dengan negara2 asing, tapi lihatlah buktinya, disahkan dan dibatalkannya undang2 ketenagalistrikan, kontrak minyak cepu dan natuna dipegang perusaahn asing (yang sebelumnya diawali kedatangan pejabat2 asing ke pemerintahan, wallahu alam apa bahasannya).

Fiuh… ngirup nafas dulu, kepanjangan ya?hehe, untung yman di komputer.. lanjut lg y..

Adi : ada pula calon presiden dan cawapres yang menjajikan perubahan ekonomi mikro, untuk pengusaha2 nasional, pasar2 tradisional, petani, peternak, dll. Bagimana dengan masalah utang, privatisasi bumn? Dari track record ybs, justru misalnya privatisasi bumn2 giat dilakukan. nasionalisasi? Hah, memang sejauh mana daya tawar pemerintahan indonesia terhadap perusahaan2 asing? Maaf mister, kita kan broder, you kan udah lama nyedot SDA disini, giliran kita dong ya yang nyedot.. wooiii!! Klo pemimpinnya selevel hugo chavez atawa ernest moresto mah rada mungkin, tapi si nomer *?!!! Hehe.. jangan harap _<”

Temen :”kalem di, boker heula urang, lanjutgan dulu sok..”

Adi :”nitip dong, hehe. Yang mau saya bilang sebenarnya, calon2 yang ada sekarang tidak dapat memberikan alternatif perubahan yang hakiki, solusi yang ditawarkan calon2 tsb adalah solusi2 yang ‘standar’, solusi2 yang ada masih terjebak dalam frame (cara pandang) yang justru jadi akar masalah. Saya sendiri menganggap akar masalahnya adalah tidak diterapkannya aturan2 illahi, aturan islam dalam seluruh kehidupan, ini bukan masalah keagamaan semata, tapi dalam ekonomi (bagaimana islam mengatur perekonomian supaya tercipta distribusi ekonomi dan hasil2nya, mata uang, sifat perekonomian), pendidikan, politik pemerintahan, dsb. Saya sadar, ilmu saya tidak seluas bapak2/mas2 yang berada di kalangan pesantren, para cendekiawan, ulama2, apalah klo dibandingkan. Tapi saya masih seorang muslim, yang separah2nya pun, saya ingin kehidupan saya diatur dalam aturan dan cahaya-Nya. Inilah yang saya maksud dengan perubahan hakiki, perubahan dalam seluruh tatanan kehidupan, yang saya yakini inilah yang akan membawa nasib bangsa ini ke arah yang lebih baik, dunia dan akhirat.

Temen :”lanjutgan deui di, teu jadi boker urang. Jadi itu alasan kamu ga milih calon2 yang ada”

Adi :”halah maneh.. iya, ini bukan masalah egois, malas, wlo urang emang pmales, bukannya tidak menghargai jerih payah bapa2 tps, dedikasi bapak2 pengantar kotak suara, tim pengawas, penghitung suara, tim IT, tapi semata2 memang karna ada pilihan lain yang saya pilih, tapi tidak termasuk dalam pilihan yang ditawarkan. Bukan juga masalah, jauhnya tempat saya tinggal dengan TPS, klo saya yakin ada yang menawarkan perubahan hakiki mah, serpong-bandung pun dijabanin lah, karna memang itu yang diinginkan. Jadi inget SPMB, di SPMB kan ada ada 4 pilihan, yang pernyataan satu benar, pernyataan benar ada hubungannya, trus, pilihan2 di atas salah. Andai di pemilu ini ada, saya bakal milih yang ke 4 :D lagipula,tidak memilih bukan berarti diam, dan g berbuat apa2. Klo yakin penerapan syariat jadi solusi, ya mestinya lebih sungguh-sungguh memperjuangkan ide2 tersebut di masyarkat. Bahkan tidak memilih juga bisa mendapat pahala yang besar, karna dengan memilih justru mempertahankan sistem yang ada sekarang, dan meninggalkan kewajiban penerapan syariat. Perjuangan syariat lewat parlemen juga tidak bisa dikatakan memberikan andil, liat aja sudah berkali2 pemilu, partai islam tidak konsisten memperjuangkan ide2 islam (yang katanya sejak awal menjadi jargon pergerakan mereka), bahkan baru2 ini, ada petinggi partai islam yang meremehkan penerapan syariat—salah satunya dengan menganggap kerudung/jilbab hanya penutup kepala, ckckck.

Temen :”nya terserah maneh sih di, tapi pasti setiap pilihan ada konsekuensina..”

Adi :”.. dan suatu saat pasti akan dipertanggung jawabkan :).. btw, boker mane gimana eta?kamu sembelit nyak, minum Kocorin dong caca.. wkwkwkw”

Pembicaraan ini diakhiri dengan datangnya Kang Cecep yang mengajak saya mengunjungi instalasi pengolahan limbah radioaktif di gedung 50.. dan 20 hari ke depan, sepertinya masih paaanjang, dan moga2 makin mengasyikkan.. see you guys

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat? Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan"”.

Thahaa 126-128

I'm 21 for a moment..

Ah bosen yak, klo tiap kali nulis pasti isinya pertama kali bilang minta maaf karna baru bisa update lagi sekarang, banyak kerjaan, ini itu, anu atu, padahal kan saya mungkin ga segitu pentingnya juga bwt ditunggu (sapa juga yang nunggu :D). ya gapapa lah, penting ora penting, saya tetep seneng biarpun ada yang nunggu ato ga, dan seneng bisa bertatap tangan lagi ma pembaca blog ini. jujur sahaja, sekarang saat2ny liburan, banyak waktu kosong, tapi karna ga ada niat aja jadi g ngapdet2 blog. oy satu lagi, pernah denger berita klo facebook bisa mematikan blogger? Diindikasikan facebook bisa menyebabkan orang terlalu sering memberikan komen2 singkat yang bersifat junk, sehingga membuat orang malas buat bikin tulisan2 panjang dan tidak bersifat junk. Belum lagi maraknya kejahatan lain seperti stalking . Haha. trust me, it works . kebanyakan waktu dihabiskan depan facebook. online, online, saykoji atuh.

hmm, mo ngapain ya ini teh. oy, mo posting tulisan beberapa hari kmaren euy, baru sempet sekarang, hehe. oy walaupun dah berlalu 2 minggu yang lalu, masih boleh kok bwt yang mw ngucapin selamat ulang tahun, ditunggu juga buwat traktiran yang tertunda, kado2 yang belum dihantarkan, juga doanyah, heuheuheu, ngarep. yup, g brasa, ternyata wadah organik berukuran tinggi 160 cm dan berat 55 kg ini dah berumur 21 tahun sejak dikeluarkan dari rahim bidadari. masih banyak cita-cita (cita2 kok banyak?biarkeun wee) yang belum tercapai, janji2 yang belum sempet dipenuhi, juga kontribusi yang belum diberikan secara optimal.

maafin saya y teman2, almamater, negeri, agama suci ini, klo saya masih belum bisa melakukan yang terbaik, doakan sahaja, moga2 saya, kita bisa selalu diberikan kekuatan dan perlindungan dari-Nya. Klo gini, saya jadi inget night at the museum 1 (dah nonton belum?heuheuehu) waktu si Larry terjebak bareng Nick (anaknya) di ruang pajang mesir kuno yang dijaga 2 makhluk setengah anjing dan setengah manusia (apa ya namanya)

Larry : teddy (bicara ke patungnya theodore roosevelt) can you get us out of here?

Teddy : can’t do it man. This is your moment.

Larry : will you save the lecture, please? I’m not you. Okay?

Teddy : I didn’t build the Panama canal, I wasn’t president of the US

Larry : I need some help. Come on

Teddy : actually.. I never did any of these things. Teddy roosevelt did. I was made in a mannequi factory in Poughkeepsie. I never shot a wild beast. I’m not even brave enough to tell that beautiful woman I love her. But you (ke si Larry)…you gotta finish the job this time. You can’t quit. I’m made of wax, Larry. What you made of?..

You're right teddy, I'm not made in Wax (although made in indonesia), dengan cangkang organik sempurna yang yang telah dirancang Sang Pencipta, mestinya bisa berbuat yang lebih baik ya. bisa lebih bermanfaat, sehingga kehidupan yang tersisa, bukan hanya sebuah perjalanan menuju pemakaman, tapi bisa berbuat yang terbaik, untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. doakan ya..

Monday, April 6, 2009

Tepu2... watch out2

Waktu itu, sore menjelang malam, ketika saya berniat meninggalkan kampus gajah menuju tempat pertapaan di bukit Salman.. waktu iseng2 main2in genangan air (pasca ujan), seorang teman memanggil :

“James2, sini james!!” suaranya familiar. Ternyata si Ulin (matematika 2006), teman sekelas saya waktu TPB, yang waktu TPB, kostannya sempet jadi tempat bernaung saya dikala ada tugas hingga malam, pas jaman2nya belum dapet tempat tongkrongan di kampus (sekarang udah dong :p, dah gaul gitu loh, haha). Tumben aja tuh anak manggil2, biasanya saya yang manggil, itu pun klo lagi butuh pinjeman (biar anak rumah, tapi klo uang saku dah abis, saya g brani minta lagi, wlopun ibu saya bilang klo kurang uang tinggal minta aja, tapi engga ah, belajar jadi kayak mahasiswa—rantau—yang rentan kena defisit anggaran). “Knapa kau lin, mo nagih utang yak, kan wa bilang bulan depan, pliiss, hehe”. Sembari mendekat, si ulin bilang “Ah sius kau jam, gw tau lu punya utang, tapi bukan itu masalahnya sekarang. Kita ke pinggir dulu lah, kita tengah jalan ini…=.=”). Saya baru nyadar klo dari tadi jalan di tengah jalan :p

Si ulin langsung menceritakan perihal tadi dia didatangi seorang ibu2 yang membawa anaknya, balita. Dikisahkan si ibu menanyakan tempat suatu acara diselenggarakan. Dengan mimik dan berkata dengan tersedu2, si ibu menceritakan bahwa dia datang ke kampus ini karena diminta membaptis anak (yang dia bawa), seraya menyebut salah satu unit kegiatan agama mahasiswa. Si ibu sendiri bilang dia muslim, tapi karna keterbatasan dana, dia terpaksa mendatangi unit bersangkutan yang menjanjikan sejumlah uang, dengan syarat anaknya mesti dibaptis. Si ibu berkeras tidak mau memenuhi syarat tersebut, tapi karna (katanya) kebutuhan hidup, ya mau gimana lagi. Sampe tiba akhirnya, si ibu menanyakan apakah teman saya ini bisa menjadi juru selamat dia, dengan meminta sejumlah bantuan, tentu meminta dengan ikhlas.. hmmmm, sampe sini adakah yang mulai curiga dengan cerita ibu ini?? bisa jadi cerita ibu ini benar, tapi bisa juga bohong..

Klo saya… bukan suudzon, tapi ini adalah kasus kedua yang pernah saya temui.. kasusnya miiiiirip banget, cuman waktu itu temen saya yang lain (waktu itu saya bersama teman saya itu) diminta keikhlasannya untuk membiayai khitanan anaknya, sebagai tanda seorang muslim. Anggapan saya bukannya tidak beralasan, apalagi setelah teman saya (si Ulin) ini menunjuk sosok si ibu dan anaknya yang masih belum jauh dari TKP, sambil sepertinya sedang meminta bantuan juga ke seorang mahasiswa berkerudung. ***rit!! Sama banget! Kebetulan saya juga sering melihat ibu tersebut berkeliaran di kampus. Ntah mungkin dia ga mengenali saya, dia ga pernah menyapa saya (wlopn sering berpapasan), saya juga rada males sih nyapanyah :p ya udah lah saya bilang ke si Ulin, bahwa saya pernah mengalami hal serupa waktu dulu dengan ibu itu..

Haduh, makin ngeri aja dunia ini. Di tengah2 masyarakat yang sudah defisit orang2 baek, eh masih ada aja orang yang memanfaatkan kebaikan orang. Yah bukannya berarti berburuk sangka dulu sama orang, tapi ya toh kita juga mestinya cerdas menilai sesuatu, mempertimbangkan dulu fenomena2 sekitar, salah2 kita memang diperdaya. Oy ada lagi cerita yang lain.

Suatu ketika saya pulang dari kostan teman saya di Cisitu, karna bertekad hidup sehat, saya berjalan kaki menuju kampus (bilang aja boke :p). Sampai di simpang dago, seorang ibu berkerudung membawa anaknya dengan mata berkaca2 bercerita bahwa dia tersesat di bandung, dan tidak punya cukup uang untuk kembali ke Sukabumi. Bliau bilang dia malu meminjam ke tetangga saudaranya yang di bandung (kebetulan saudaranya yang dimaksud tidak berada di tempat), bliau juga menanyakan apa dengan uang 5ribu cukup mengantarkan mereka sampai sukabumi. Sampe sini saya kembali beranggapan. Tapi bentar dulu, jangan menjudge saya paranoid. Hanya saja saya kepikiran sama petuahny Aa Mars yang berpengalaman dengan kasus serupa:

“Klo kamu ketemu orang seperti ini, pilihannya dua: pertama, tidak memberi sama sekali, dengan memberikan pengertian kepada orang yang dimaksud klo kamu memang tidak bisa membantu. Ato yang kedua, sempurnakan kebaikan. Ajak bliau makan dulu (klo belum makan), trus pastiin antarkan bliau sampe ke terminal, belikan kebutuhannya (tiket, untuk makan di jalan, klo jauh bgt), tentu klo kamu punya uang cukup.”


Waktu itu saya ngambil pilihan pertama, duit saya g cukup waktu itu, sumpret dah (akhirnya jujur jugak, oow, kamu ketuaan…), kasian juga si ibu. Bukan knapa2 kk, (waktu itu masih jaman ada anak ITB yang diculik) saya kepikiran juga klo saya ngambil pilihan kedua, takut2 dapet bahaya jugak.

Arghhh!!!!!!! Astagfirullah, ya allah, mw berbuat baik aja susah. Ada udang di balik batu, ada rampok di balik wajah sendu. Masyarakat dah kekurangan orang pinter, eh klopun ada, pinternya ngibulin orang. Heuuuuuuuuu…

Pengen ga sih kita ngliat tempat tinggal kita aman, tempat dimana semua orang bisa beristirahat dengan tenang, bisa dengan mudahnya beribadah, tanpa dihantui peristiwa2 seperti di cerita saya barusan. Knapa ini bisa terjadi?? SDM polisi yang kurang, ustadz2 yang kurang memberikan pencerdasan bagi masyarakat, karna parlemen tidak didominasi orang2 islam? Ato ini sebenarnya akumulasi dari kerusakan tatanan hidup yang ada. Hmm, jujur saya tidak enak melontarkan pernyataan2 barusan, karna mungkin ada yang mengatakan saya hanya bisa mengkritik, mencaci tanpa ada solusi.

Selow kk, insyaallah saya disini tidak hanya ingin bisa seperti yang dikatakan temen2 barusan, ada solusi yang ingin saya angkat yang saya harapkan temen2 juga bisa mengerti. Adapun karna keterbatasan saya, mungkin tidak kali ini saya ungkapkan.

Just beware anywhere u are. Ga orang baek, ga orang pinter, ga orang soleh, semua bisa jadi korban. Maha Suci Dia sebaik-baik Pelindung, yuk kita sama2 bdoa moga2 orang2 yang kita cintai, keluarga kita, sahabat2 kita dijauhkan dari kejahatan sperti ini.

Seperti biasa, untuk kasus2 seperti ini, inget petuahnya Engkong Napi (udah jadi engkong2 sekarang, dah berapa taun masa trus2an dipanggil Bang, haha): “Kejahatan terjadi bukan hanya karna niat pelaku, tapi karna ada kesempatan, waspadalah, waspadalah, dan pilih saya jadi the Next Idol,,saatnya Indonesia memilih”… :p