“..setiap pilihan mengandung konsekuensi, dan suatu saat tiap pilihan akan dimintai pertanggung jawabannya..”
Wooi woi woi, sapa yang matiin AC??!!! Gerah betul hari ini. selain karna emang blum mandi, ternyata dah seminggu hidup di negeri orang masi belum bisa juga beradaptasi ma atmosfer lokal. Keknya lebih enak menggigil kedinginan daripada bersimbah keringat karna cuaca seharian tidak henti2nya panas menggila. Selain gerah, kondisi yang masih menjadi gangguan saat ini adalah tidak adanya sarana hiburan. Perlu saya kasi tau kawan, tempat kosan sementara saya sekarang yang di serpong ini letaknya cukup cukup jauh dari peradaban, jangankan bioskop, nyari tempat makan pun mayan susah, mesti jalan satu kilometer-an dulu. Kebayang kan, energi yang didapet dari makanan dah ilang lagi di jalan. Fufufufu.. Hiburan disini adalah internet (itupun cuma ada di tempat kerja(kerja?wiw)), danau di kompleks perum puspiptek, dan … orang2 sekitar yang ramah. Iy, di tempat tinggal saya ini, di Muncul, kebanyakan penduduknya adalah orang2 betawi, di perumahannya sendiri dipenuhi orang2 jawa dan sunda. Yang paling saya sukai adalah orang2 betawiny, terutama supir2 angkotnya. Rata2 muka mereka garang2, cukup mencerminkan orang2 yang hidup di ibukota yang keras (bahkan lebih kejam daripada ibu tiri..lebay..) tapi bisa diakui, mereka jauh2 lebih jujur dan baik ketimbang orang2 di kota saya sendiri. Disini mah mau orang baru atau orang lama klo naik angkot, si abang sopir pasti bakal minta ongkos yang semestinya. Klo 5rb, ya 5rb, ga ditambahin. Beda halnya sopir2 di bandung, apalagi ke turis2, ongkosnya pasti di-mark up, apalagi angkot kalapa, heuuuh..
Nah, demi mengompensasi penat, biasanya yman ma tmen2 (bole kan yman di kantor, klo kerjaan dah kelar mah, boleh ga?boleh lah y). karna waktu2 kmaren momennya mendekati pemilu, di status id temen2 saya hampir semuanya tentang pemilu. “nomer 2 makin meragukan, tapi nomer 3 masih ragu2”,, nomer 1ny gimana?bisa jadi temen saya ini milih nomer 1 (yang ga makin meragukan, dan ga bikin ragu2), atau, nomer 1 memang tidak pernah jadi pilihan, hahaha.
Ada yang bilang masih bingung menentukan pilihan. Ada juga “partai pojok kanan atas dah milih nomer 3..” “pilih presiden indomie”, “nomer 2 rasis, masa bangsa indonesia cuma ada 2: bugis dan non bugis!”. Macem2 lah. Pembicaraan di ym pun g jauh2 dari pemilu (jarang2 temen2 saya ngemengn yang gini). Hampir di waktu bersamaan, sebuah sms datang dari temen saya “berdasrkan pertemuan ulama2, cendekiawan muslim, maka M*I kota bandung dan ormas2 islam telah memutuskan, mrekomendasikan anggota2, dan umat muslim untuk memilih calon presiden nomer *, semoga pilihan kita memberikan keberkahan..” wew, entah sumber tersebut benar atau tidak, tapi dari fenomena2 di atas, stidaknya cukup menggambarkan bagaimana masyarakat saat ini memang membutuhkan perubahan, dalam kehidupan mereka.
Tiba2 seorang teman saya memulai pembicaraan
Temen : “oi di, kamu g bakal milih lagi ya? Lemah kamu, apriori, arogan, ga peduli nasib bangsa. Lemah lemah!wkwkwkwk”
Adi : “milih kok, memilih untuk tidak memilih :D”..
Temen : “Ah sama aja, ga pengen berubah emang?pilihan kamu nentuin gimana kehidupan kamu setidaknya 5 taun kedepan, bukan cuma itu, nasib bangsa di, nasib bangsa, kamu mikir sampe sana ga sih?” ..
saya bales lagi
Adi : “bukan gitu men, hanya belajar dari pengalaman, dan pengamatan. Coba, kita dah ngadain pemilu berapa kali sejak merdeka?udah ganti presiden, anggota legislatif, berapa kali? Tidak kurang sudah lebih dari 7 kali kita pemilu, dan sudah 6 kali kita ganti presiden. Apa yang berubah dalam tatanan masyarakat kita? Ga signifikan kk. Dari dulu sama aja, pembangunan masih timpang, yang kaya makin kaya, yang miskin tetap sahaja dalam kemiskinannya. Yang ada bahkan sekarang utang kita jauh lebih besar dari orde baru. Kbayang ga, setiap bayi yang lahir di indonesia, setiap kepala yang menjejakkan kaki di bumi tercinta ini, menanggung utang 6 juta rupiah. Utang yang belum tentu mereka nikmati.
Temen : ”nah makanya itu, sekarang adalah momen perubahan, kamu ga mau kan klo hal tersebut terjadi kembali. Kita butuh perubahan. kalo kamu ga berperan serta, Cuma ngemeng doang, ga milih, sama aja kamu ga pengen negeri ini berubah, lebih baik..”
Adi : “setuju bro, kita butuh perubahan. tapi keinginan kita untuk berubah, jangan sampe bikin kita ga melihat terhadap konsep perubahan seperti apa yang ditawarkan orang2 yang katanya menjanjikan “perubahan” bagi negri ini.
Temen : “yang kamu maksud perubahan itu kyk gimana sih?”
Adi : “sederhananya, perubahan itu adalah perbedaan kondisi antara satu parameter ke parameter lain, dalam praktisnya, parameternya bisa waktu, tempat, kesejahteraan, dll. Nah, menurut saya, perubahan sendiri ada 2, perubahan parsial, dan perubahan hakiki. Dalam perubahan parsial, kondisi masyarkat bisa jadi berubah, taraf hidup meningkat, kesejahteraan walaupun tidak pesat, tapi dikatakan meningkat. Akan tetapi dalam perubahan parsial, yang diatasi adalah masalah2 cabang, bukan akar permasalahnnya. Misal, rakyat kita miskin, kenapa kita miskin? Karna tidak ada lapangan pekerjaan, maka perluasan lapangan kerja mesti digalakan, jiwa2 entrepeneurship dari siswa2 dan masyarkat mesti terus dibudidayakan, dimasukkan dalam kurikulum, pelatihan2, dan program2 pemerintah pusat dan daerah, bahkan kalangan swasta juga ikut berperan serta. Beres? Mungkin beres, jumlah pengangguran kita saat ini berkurang, walaupun masih masi kisaran 20juta orang. Tapi bagaimana dengan taraf hidup? Dengan subsidi komoditas primer yang semakin dicabut, biaya pendidikan semakin tinggi (dengan UU bhp) karna peran pemerintah semakin sedikit, tidak kurang itu berkontribusi pada biaya pemenuhan kebutuhan semakin meningkat. Dengan pemasukan terbatas, tapi pengeluaran makin besar, bukankah semakin mempersulit kehidupan masyarkat? Di lain pihak, masalah utang juga masih mengganjal. Beberapa calon (bahkan calon kuat) masih mengandalkan hutang sebagai penerimaan utama kas negara. Walaupun katanya tidak memuat ikatan politis dengan negara2 asing, tapi lihatlah buktinya, disahkan dan dibatalkannya undang2 ketenagalistrikan, kontrak minyak cepu dan natuna dipegang perusaahn asing (yang sebelumnya diawali kedatangan pejabat2 asing ke pemerintahan, wallahu alam apa bahasannya).
Fiuh… ngirup nafas dulu, kepanjangan ya?hehe, untung yman di komputer.. lanjut lg y..
Adi : ada pula calon presiden dan cawapres yang menjajikan perubahan ekonomi mikro, untuk pengusaha2 nasional, pasar2 tradisional, petani, peternak, dll. Bagimana dengan masalah utang, privatisasi bumn? Dari track record ybs, justru misalnya privatisasi bumn2 giat dilakukan. nasionalisasi? Hah, memang sejauh mana daya tawar pemerintahan indonesia terhadap perusahaan2 asing? Maaf mister, kita kan broder, you kan udah lama nyedot SDA disini, giliran kita dong ya yang nyedot.. wooiii!! Klo pemimpinnya selevel hugo chavez atawa ernest moresto mah rada mungkin, tapi si nomer *?!!! Hehe.. jangan harap _<”
Temen :”kalem di, boker heula urang, lanjutgan dulu sok..”
Adi :”nitip dong, hehe. Yang mau saya bilang sebenarnya, calon2 yang ada sekarang tidak dapat memberikan alternatif perubahan yang hakiki, solusi yang ditawarkan calon2 tsb adalah solusi2 yang ‘standar’, solusi2 yang ada masih terjebak dalam frame (cara pandang) yang justru jadi akar masalah. Saya sendiri menganggap akar masalahnya adalah tidak diterapkannya aturan2 illahi, aturan islam dalam seluruh kehidupan, ini bukan masalah keagamaan semata, tapi dalam ekonomi (bagaimana islam mengatur perekonomian supaya tercipta distribusi ekonomi dan hasil2nya, mata uang, sifat perekonomian), pendidikan, politik pemerintahan, dsb. Saya sadar, ilmu saya tidak seluas bapak2/mas2 yang berada di kalangan pesantren, para cendekiawan, ulama2, apalah klo dibandingkan. Tapi saya masih seorang muslim, yang separah2nya pun, saya ingin kehidupan saya diatur dalam aturan dan cahaya-Nya. Inilah yang saya maksud dengan perubahan hakiki, perubahan dalam seluruh tatanan kehidupan, yang saya yakini inilah yang akan membawa nasib bangsa ini ke arah yang lebih baik, dunia dan akhirat.
Temen :”lanjutgan deui di, teu jadi boker urang. Jadi itu alasan kamu ga milih calon2 yang ada”
Adi :”halah maneh.. iya, ini bukan masalah egois, malas, wlo urang emang pmales, bukannya tidak menghargai jerih payah bapa2 tps, dedikasi bapak2 pengantar kotak suara, tim pengawas, penghitung suara, tim IT, tapi semata2 memang karna ada pilihan lain yang saya pilih, tapi tidak termasuk dalam pilihan yang ditawarkan. Bukan juga masalah, jauhnya tempat saya tinggal dengan TPS, klo saya yakin ada yang menawarkan perubahan hakiki mah, serpong-bandung pun dijabanin lah, karna memang itu yang diinginkan. Jadi inget SPMB, di SPMB kan ada ada 4 pilihan, yang pernyataan satu benar, pernyataan benar ada hubungannya, trus, pilihan2 di atas salah. Andai di pemilu ini ada, saya bakal milih yang ke 4 :D lagipula,tidak memilih bukan berarti diam, dan g berbuat apa2. Klo yakin penerapan syariat jadi solusi, ya mestinya lebih sungguh-sungguh memperjuangkan ide2 tersebut di masyarkat. Bahkan tidak memilih juga bisa mendapat pahala yang besar, karna dengan memilih justru mempertahankan sistem yang ada sekarang, dan meninggalkan kewajiban penerapan syariat. Perjuangan syariat lewat parlemen juga tidak bisa dikatakan memberikan andil, liat aja sudah berkali2 pemilu, partai islam tidak konsisten memperjuangkan ide2 islam (yang katanya sejak awal menjadi jargon pergerakan mereka), bahkan baru2 ini, ada petinggi partai islam yang meremehkan penerapan syariat—salah satunya dengan menganggap kerudung/jilbab hanya penutup kepala, ckckck.
Temen :”nya terserah maneh sih di, tapi pasti setiap pilihan ada konsekuensina..”
Adi :”.. dan suatu saat pasti akan dipertanggung jawabkan :).. btw, boker mane gimana eta?kamu sembelit nyak, minum Kocorin dong caca.. wkwkwkw”
Pembicaraan ini diakhiri dengan datangnya Kang Cecep yang mengajak saya mengunjungi instalasi pengolahan limbah radioaktif di gedung 50.. dan 20 hari ke depan, sepertinya masih paaanjang, dan moga2 makin mengasyikkan.. see you guys
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat? Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan"”.
Thahaa 126-128
1 bahan bakar ide!!:
haha kirain SPMB apaan, ternyata pilih presiden toh
Post a Comment