Waktu itu, sore menjelang malam, ketika saya berniat meninggalkan kampus gajah menuju tempat pertapaan di bukit Salman.. waktu iseng2 main2in genangan air (pasca ujan), seorang teman memanggil :
“James2, sini james!!” suaranya familiar. Ternyata si Ulin (matematika 2006), teman sekelas saya waktu TPB, yang waktu TPB, kostannya sempet jadi tempat bernaung saya dikala ada tugas hingga malam, pas jaman2nya belum dapet tempat tongkrongan di kampus (sekarang udah dong :p, dah gaul gitu loh, haha). Tumben aja tuh anak manggil2, biasanya saya yang manggil, itu pun klo lagi butuh pinjeman (biar anak rumah, tapi klo uang saku dah abis, saya g brani minta lagi, wlopun ibu saya bilang klo kurang uang tinggal minta aja, tapi engga ah, belajar jadi kayak mahasiswa—rantau—yang rentan kena defisit anggaran). “Knapa kau lin, mo nagih utang yak, kan wa bilang bulan depan, pliiss, hehe”. Sembari mendekat, si ulin bilang “Ah sius kau jam, gw tau lu punya utang, tapi bukan itu masalahnya sekarang. Kita ke pinggir dulu lah, kita tengah jalan ini…=.=”). Saya baru nyadar klo dari tadi jalan di tengah jalan :p
Si ulin langsung menceritakan perihal tadi dia didatangi seorang ibu2 yang membawa anaknya, balita. Dikisahkan si ibu menanyakan tempat suatu acara diselenggarakan. Dengan mimik dan berkata dengan tersedu2, si ibu menceritakan bahwa dia datang ke kampus ini karena diminta membaptis anak (yang dia bawa), seraya menyebut salah satu unit kegiatan agama mahasiswa. Si ibu sendiri bilang dia muslim, tapi karna keterbatasan dana, dia terpaksa mendatangi unit bersangkutan yang menjanjikan sejumlah uang, dengan syarat anaknya mesti dibaptis. Si ibu berkeras tidak mau memenuhi syarat tersebut, tapi karna (katanya) kebutuhan hidup, ya mau gimana lagi. Sampe tiba akhirnya, si ibu menanyakan apakah teman saya ini bisa menjadi juru selamat dia, dengan meminta sejumlah bantuan, tentu meminta dengan ikhlas.. hmmmm, sampe sini adakah yang mulai curiga dengan cerita ibu ini?? bisa jadi cerita ibu ini benar, tapi bisa juga bohong..
Klo saya… bukan suudzon, tapi ini adalah kasus kedua yang pernah saya temui.. kasusnya miiiiirip banget, cuman waktu itu temen saya yang lain (waktu itu saya bersama teman saya itu) diminta keikhlasannya untuk membiayai khitanan anaknya, sebagai tanda seorang muslim. Anggapan saya bukannya tidak beralasan, apalagi setelah teman saya (si Ulin) ini menunjuk sosok si ibu dan anaknya yang masih belum jauh dari TKP, sambil sepertinya sedang meminta bantuan juga ke seorang mahasiswa berkerudung. ***rit!! Sama banget! Kebetulan saya juga sering melihat ibu tersebut berkeliaran di kampus. Ntah mungkin dia ga mengenali saya, dia ga pernah menyapa saya (wlopn sering berpapasan), saya juga rada males sih nyapanyah :p ya udah lah saya bilang ke si Ulin, bahwa saya pernah mengalami hal serupa waktu dulu dengan ibu itu..
Haduh, makin ngeri aja dunia ini. Di tengah2 masyarakat yang sudah defisit orang2 baek, eh masih ada aja orang yang memanfaatkan kebaikan orang. Yah bukannya berarti berburuk sangka dulu sama orang, tapi ya toh kita juga mestinya cerdas menilai sesuatu, mempertimbangkan dulu fenomena2 sekitar, salah2 kita memang diperdaya. Oy ada lagi cerita yang lain.
Suatu ketika saya pulang dari kostan teman saya di Cisitu, karna bertekad hidup sehat, saya berjalan kaki menuju kampus (bilang aja boke :p). Sampai di simpang dago, seorang ibu berkerudung membawa anaknya dengan mata berkaca2 bercerita bahwa dia tersesat di bandung, dan tidak punya cukup uang untuk kembali ke Sukabumi. Bliau bilang dia malu meminjam ke tetangga saudaranya yang di bandung (kebetulan saudaranya yang dimaksud tidak berada di tempat), bliau juga menanyakan apa dengan uang 5ribu cukup mengantarkan mereka sampai sukabumi. Sampe sini saya kembali beranggapan. Tapi bentar dulu, jangan menjudge saya paranoid. Hanya saja saya kepikiran sama petuahny Aa Mars yang berpengalaman dengan kasus serupa:
“Klo kamu ketemu orang seperti ini, pilihannya dua: pertama, tidak memberi sama sekali, dengan memberikan pengertian kepada orang yang dimaksud klo kamu memang tidak bisa membantu. Ato yang kedua, sempurnakan kebaikan. Ajak bliau makan dulu (klo belum makan), trus pastiin antarkan bliau sampe ke terminal, belikan kebutuhannya (tiket, untuk makan di jalan, klo jauh bgt), tentu klo kamu punya uang cukup.”
Waktu itu saya ngambil pilihan pertama, duit saya g cukup waktu itu, sumpret dah (akhirnya jujur jugak, oow, kamu ketuaan…), kasian juga si ibu. Bukan knapa2 kk, (waktu itu masih jaman ada anak ITB yang diculik) saya kepikiran juga klo saya ngambil pilihan kedua, takut2 dapet bahaya jugak.
Arghhh!!!!!!! Astagfirullah, ya allah, mw berbuat baik aja susah. Ada udang di balik batu, ada rampok di balik wajah sendu. Masyarakat dah kekurangan orang pinter, eh klopun ada, pinternya ngibulin orang. Heuuuuuuuuu…
Pengen ga sih kita ngliat tempat tinggal kita aman, tempat dimana semua orang bisa beristirahat dengan tenang, bisa dengan mudahnya beribadah, tanpa dihantui peristiwa2 seperti di cerita saya barusan. Knapa ini bisa terjadi?? SDM polisi yang kurang, ustadz2 yang kurang memberikan pencerdasan bagi masyarakat, karna parlemen tidak didominasi orang2 islam? Ato ini sebenarnya akumulasi dari kerusakan tatanan hidup yang ada. Hmm, jujur saya tidak enak melontarkan pernyataan2 barusan, karna mungkin ada yang mengatakan saya hanya bisa mengkritik, mencaci tanpa ada solusi.
Selow kk, insyaallah saya disini tidak hanya ingin bisa seperti yang dikatakan temen2 barusan, ada solusi yang ingin saya angkat yang saya harapkan temen2 juga bisa mengerti. Adapun karna keterbatasan saya, mungkin tidak kali ini saya ungkapkan.
Just beware anywhere u are. Ga orang baek, ga orang pinter, ga orang soleh, semua bisa jadi korban. Maha Suci Dia sebaik-baik Pelindung, yuk kita sama2 bdoa moga2 orang2 yang kita cintai, keluarga kita, sahabat2 kita dijauhkan dari kejahatan sperti ini.
Seperti biasa, untuk kasus2 seperti ini, inget petuahnya Engkong Napi (udah jadi engkong2 sekarang, dah berapa taun masa trus2an dipanggil Bang, haha): “Kejahatan terjadi bukan hanya karna niat pelaku, tapi karna ada kesempatan, waspadalah, waspadalah, dan pilih saya jadi the Next Idol,,saatnya Indonesia memilih”… :p